Rabu, 24 Februari 2010

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI DENGAN ENCHEPALOCELE

Dosen : Novita Mayasari, S.SiT



Disusun Oleh :
Kelas A Kelas B
1. Rini Guratji 4. Iin Vidia R
2. Sri Windya 5. Nourviyanti L
3. Veradia 6. Rizka Winarti




PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2009

BAB 1
TINJAUAN TEORI
ENCHEPALOCEL

1.1 Pengertian
Ensefalokel adalah kantong berisi cairan, jaringan syaraf atau sebagian dari otak yang biasanya
terdapat pada daerah occipitalis.
Ensefalokel didaerah occipital sering berhubungan dengan gangguan mental yang berat dan microcepal.
(Ilmu Kesehatan Anak, FKUI Jilid 3:1137)
Ensefalokel tidak hanya ada didaerah occipital tetapi bisa terjadi pada daerah sinsipital yang disebut meningoensefalokel anterior atau ensefalokel fossa kranialis anterior.
Meningoensefalokel merupakan herniasi jaringan isinya intrakranial melalui suatu defek kongenital tulang tengkorak pada perhubungan antar tulang didaerah fossa cranii anterior dan tampak sebagai massa tumor dipermukaan wajah.
(www.google.com, Najatullah, FKUI, 2004)
Ensefalokel adalah herniasi otak dan meningen melalui suatu cacat kraniom, yang menimbulkan struktur mirip kantung. 75% ensefalokel terjadi pada daerah occipital dan sisanya pada daerah parietal, frontal atau nasofaingel.
(Ilmu Kesehatan Anak, Nelson, hal 370 Jilid 3, 1992)
Ensefalokel merupakan gangguan langka pada bayi baru lahir dengan sebuah celah pada tengkoraknya
(http://med.unhas.ac.id)
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang terbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak.
(www.google.com)

1.2 Etiologi
a. Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
b. Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang kranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi TORCH, mutasi gen (terpapar bahan radiologi), obat – obatan yang mengandung bahan yang terotegenik.
c. Ensefalokel disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi dibagian occipitalis, kadang – kadang juga dibagian nasal, frontal, atau parietal.



1.3 Prognosis
Luasnya defek dan besarnya herniasi jaringan otak akan menentukan luasnya prognosis enchephalus. Enchefalokel mudah dideteksi dengan USG bila defek tulang kepala cukup besar, apalagi sudah disertai herniasi. Akan tetapi, lesi pada tulang kpala menjadi sulit dikenali bila terdapat olikohidramion.

1.4 Gejala Klinis dan Komplikasi
Gejala klinis:
a. Kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadri plegia spastic)
b. Gangguan perkembangan
c. Mikrochephalus
d. Hidrochephalus
e. Gangguan penglihatan
f. Keterbelakangan mental dan pertumbuhan
g. Ataksia
h. Kejang
Komplikasi
Enchephocele sering disertai dengan kelainan cranium fasial atau kelainan otak lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya(sydrome meckel, syndrome dandy-walker). Kelainan kepala lainnya yang dapat dideteksi dengan USG adalah kista otak, mienchephalus(fusi tulang occiput vertebrata sehingga janin dalam sikap hiperekstnsi), huloprocenchephalus (hanya berbentuk sebuah rongga ventrikel yang berdilatasi), hyndranenchephalus (destruksi total jaringan otak sehingga kepala hanya berisi cairan), kelainan bentuk kepala (dulikochephaluskh, branchi chpalusk) dan sebagainya.
(Sarwono, 2005)
Penanganan
1. Penanganan Pra Bedah
a. Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa steril yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutpi kasa steril yang tidak melekat untuk mencegah jaringan saraf yang terpaparmenjadi kering.
b. Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada saat mempertahan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan lesi yang basah.
c. Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.
d. Akan diminta X-Ray medulla spinalis
e. Akan diambil photografi dari lesi.
f. Persiapan operasi.
g. Suatu catatan aktifitas otot pada anggota gerak bawah dan sringter anal akan dilakukan oleh fisioterapi.
2. Pembedahan medulla spinalis yang terpapar ditutupi dengan penutup durameter dan kulit dijahit diatas dura yang diperbaiki. Jika celah besar, maka perlu digunakan kulit yang lebih besar untuk menutupi cacat. Pada bayi ini drain sedot diinsersikan dibawah flap.
3. Perawatan pasca bedah
a. Pemberian makan pr oral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan.
b. Jika ada drain penyedotan luka makan harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dan wadah.
c. Lingkar kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Sering kali terdapat peningkatan awal dalam pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan hidrochephalus maka harus diberikan terapi yang sesuai.


























BAB 2
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

2.1 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian Data
Tanggal pengkajian :
Jam pengkajian :
Tanggal MRS :
Jam MRS :
Tempat :
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Biodata Neonatus
Nama : personal identity, untuk mengenal dan memenggil agar tidak keliru dengan pasien lain.
Tanggal Lahir : menghitung umur neonatus
Umur : untuk pemberian dosis obat (terapi farmakologi)
Jenis Kelamin : berpengaruh terhadap dosis pembeian terapi
Anak ke :menunjukkan tingkat kematangan seseorang dalam mengasuhnya
No. Reg : identitas dari rumah sakit agar tidak tertukar dengan pasien lain.
b. Biodata Orangtua
Nama : menghindarkan kekeliruan jika ada kesamaan nama
Umur : mengetahui tingkatan kematangan fisik, psikis, dan sosial
Agama : ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh nya terhadap prilaku kesehatannya
Pendidikan : mengetahui tingkat intelektualnya dan menemukan pola pemberian KIE oleh petugas kesehatan
Pekerjaan : mengetahui taraf hidup keluarga
Alamat : tempat tinggal orangtua yang dapat dikunjungi pada keadaab tertentu

2. Keluhan Utama
Timbul benjolan pada bagian belakang kepala sejak bayi lahir.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Terdapat benjolan pada bagian belakang kepala bayi sejak lahir tanggal......... jam..........
4. Riwayat Prenatal, Natal & Postnatal
a. Riwayat Prenatal
Ibu periksa ibu hamil.......kali dibidan mendapat (vitamin dan penambah darah), riwayat penyakit TORCH, selama hamil pernah pantang makanan seperti daging, sayuran, dan ikan, pernah mengkonsumsi obat yang tidak pernah diresepi dokter. Ibu pernah USG yang menyatakan kepala bayinya lebih besar dari badannya.
b. Riwayat Natal
Ibu melahirkan anak ke........, secara SC oleh dokter, lahir jam berapa, jenis kelamin, BB, langsung menangis atau tidak dan terdapat benjolan pada kepala.
c. Riwayat Postnatal
Ibu/keluarga mengatakan setelah ibu melahirkan bayinya, bayi langsung dibawa ke ruang perawatan bayi karena terdapat benjolan dikepala bayi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu/keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami seperti bayi tersebut.
6. Kebutuhan Dasar
a. Pola Nutrisi
Bayi minum ASI diberikan per NGT atau persendok sesering mungkin (minimal 2 jam sekali) atau jika PASI (susu formula) sesuai kebutuhan sebanyak........... cc, tiap.......jam.
b. Pola Istirahat
Bayi tidur kurang dari 10 jam perhari
c. Pola Personal Higiene
Mandi....... perhari, ganti popok/baju........x/hari setiap kali BAB dan BAK, merawat tali pusat.......x/hari
d. Pola Eliminasi
BAB : bayi sudah mengeluarkan mekonium
BAK : minimal sudah BAK sekali sejak lahir
e. Pola Aktifitas
Bayi sering menangis
Bayi tidur miring (tidak menonjol benjolan) benjolan diberi kasa steril.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : lemah
Kesadaran : apatis
Nadi : > 100x/menit
RR : > 60x/menit
Suhu :>37,5 0C

2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : terdapat benjolan berupa selaput tipis yang membungkus jaringan otak dibelakang kepala, warna kemerahan sampai kehitaman saat diberi sinar senter kulit kepala tertarik kebelakang.
Muka : pucat
Mata : simetris, konjunctiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Hidung : simetris, tidak ada penapasan cuping hidung
Mulut : bersih tidak pucat, tidak ada kelainan seperti labioskisis dan labio palatoskisis
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran cairan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : simetris, tamapak pengembangan dinding dada yang cepat, tidak ada retraksi dinding dada
Punggung : tidak ada kelainan seperti spina bifida
Abdomen : simetris, tali pusat basah terbungkus kasa
Genetalia : pada bayi laki-laki skrotum besar da berkerut, testis harus turun dalam skrotum sedangkan pada bayi perempuan labia mayora harus menutupi labio minora dan klitoris.
Ekstremitas : lumpuh pada keempat anggota gerak (fleksi ringan sampai ekstensi pada ekstermitas)
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c. Auskultasi
Dada : ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : bising usus terdengar
d. Perkusi
Dada :sonor
Abdomen : tidak ada meteorismus
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1. USG menunjukkan hasil bahwa janin menderita ensefalokel
2. X-Ray menunjukkan terdapat penonjolan meningen yang menagndung jaringan otak
b. Pemeriksaan Tumbuh Kembang/Neurologi
Reflek Stimulasi Respon Pola perkembangan Bila tidak ada respon
Darwinian/grassping Telapak tangan disentuh Jari – jari mengatup / menggenggam Melemah usia 3 bulan menghilang usia 1 tahun Kelainan saraf otak (bila menetap)
Morro Dikejutkan oleh suara/ gerakan Melengkungkan punggung, menjatuhkan kepala, jari menggenggam, lengan dan kaki ketengah badan Menghilang usia 3-6 bulan Fraktur / cedera bagian tubuh tertentu
Babinski Telapak kaki digoyang / disentuh Jari – jari akan membuka Menghilang saat usia 1-2 tahun Kelainan saraf otak
II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Bayi”....” usia “....” dengan Ensefalokel
Ds : ibu mengatakan sejak lahir terdapat benjolan pada bagian belakang kepala bayinya
Do :
KU : lemah
Kesadaran : apatis
TTV :
Nadi : >100 x/menit
RR : >60 x/menit
Suhu : > 37,50C
Kepala : Terdapat benjolan berupa selaput tipis yang membungkus jaringan otak di belakang kepala, kulit kepala tertarik ke belakang
Ektermitas : Lumpuh pada keempat anggota gerak. Pemeriksaan tumbang / neurologis
Reflek darwinian : -
Reflek moro : -
Reflek babinski : -
Pemeriksaan Laboratorium
• USG menunjukan hasil bahwa janin menderita enchepalokel
• X-ray menunjukan terdapat penonjolan meningen yang mengandung jaringan otak

III. Antisipasi Masalah Potensial
- Gangguan tumbah kembang

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Rujuk segera bila ditemukan di BPS / tempat pelayanan yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai





V. Intervensi
Dx : Bayi “....” usia..... deengan enchepalokel
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan digarapkan enchepolokel dapat teratasi
Kriteria Hasil :
- KU baik dan TTV normal
- Ukuran lingkar kepala dalam batas normal
- Tidak terdapat benjolan pada kepala

Intervensi
1. Lakukan informasi consent
R/ untuk perlindungan bag petugas kesehatan dalam melakukan tindakan
2. Lakukan perawatan pada BBL dengan meminimalkan handly
R/ mencegah infeksi didaerah benjolan
3. Tutupi benjolan yang terpapar dengan kasa steril yang telah diberi normal salin
R/ mencegah jaringan saraf yang terpapar menjadi kering
4. Lakukan perbaikan KU
R/ persyaratan pasien pre-op untuk menghindari komplikasi
5. Ukur lingkar kepala occipito frontalis dan dibuat grafiknya
R/ mengetahui adanya komplikasi lebih lanjut
6. Jelaskan pada ibu tentang keadaan abyinya sehubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi
R/ ibu lebih kooperatif dan lebih mempersiapkan diri sebelum persiapan operasi
7. Kolaborasi dengan dokter anak dan dokter bedah dalam persiapan operasi
R/ memberikan penanganan yang tepat

VI. Implementasi
Tanggal :
Jam :
Dx : Bayi”.....” usia “....” dengan Encephalochele

Tindakan :
1. Lakukan inform consent yaitu memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien bahwa bayi mengalami ensefalokel yaitu tidak terbentuknya tengkorak secara sempurna (tengkoraknya berlubang) sehingga otak keluar dan membentuk benjolan. Hal ini dapat diobati dengan pembedahan untuk menutup lubang dan mengembalikan otak kedalam kepala serta meminta persetujuan keluarga pasien untuk dilakukan tindakan operasi dengan memberikan formulir inform consent.
2. Melakukan perawatan BBL dengan menimalkan handly (mengurangi memegangi kepala dengan tangan)
3. Menutup benjolan yang terpapar udara diluar dengan kassa steril untuk mencegah jaringan saraf yang terpapar menjadi kering
4. Melakukan perbaikan KU:
a. Memberikan O2 1/menit
b. Memberikan ASI yang adekuat
c. Memberikan posisi nyaman
5. Mengukur lingkar kepala occiput frontalis dan dibuat grafik untuk mengetahui adanya komplikasi lebih lanjut
6. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan bayinya sehubungan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan
7. Melaksanakan advice dokter
a. Pre-operasi
1. Memasang infus ditangan kanan/ kiri, kaki kanan/ kiri atau kepala dengan cairan glukosa 5 % dan NaCl 0,1 % / tetes/ menit
2. Memesang kateter
3. Melakukan skin test
4. Memberikan antibiotik sebanyak 5 mg/kg/BB setelah diketahui hasil skin test (-)
5. Memeberikan sedativa sebanyak 8mg/kg/BB pada saat pasien diberangkatkan ke OK
6. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian steril dari OK
7. Memberi tahu perawat OK akan mengirim pasien dengan ensephalokel untuk di operasi
8. Mengantar pasien ke ruang OK

VII. Evaluasi
Tanggal :
Jam :
S : ibu/ keluarga mengatkan setuju bayinya dilakukan operasi
O : inform consent telah disetujui dan ditandatangani
Persiapan operasi telah dilakukan:
a. Infus glukosa 5 % dan NaCl 0,1 %
b. Terpasang kateter
c. Dilakukan skin test dengan hasil negatif
d. Antibiotika 8 mg/kg/BB IV
e. Sedativa 5 mg/kg/BB oral
f. Pasien memakai pakaian steril dari ruang OK
g. Pasien diantar keruang OK
h. Perawat OK menerima pasien dengan enchephalocele
A : neonatus dengan pre operasi enchephalocele
P : - Ambil pasien dari ruang RR setelah dilakukan operasi
- Lakukan perawatan post operasi




















DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC
Staf Pengajar FKUI. 2000. Ilmu Kesehatan Anak JILId 3. Jakarta : FKUI
(http://google.com)
(http://med.unhas.ac.id)

LUKA BAKAR PADA ANAK

ILMU KESEHATAN ANAK (IKA)
LUKA BAKAR & TERSIRAM AIR PANAS

Dosen : dr. Siswidiyati





Disusun Oleh :
Kelompok 2 Kelas III B

1. Amalia Kartika P 10. Nita Isnawati
2. Aprilia Setyoningrum 11. Nourviyanti Lestari
3. Dania Ariza P 12. Nur Hidayati
4. Desy Wulandari 13. Oktavia Ayu S
5. Dian Triananda P 14. Ririn Ismawati
6. Dewi Astuti P 15. Riska Indriyani
7. Dwi Lestari 16. Rizka Winarti
8. Iin Vidia R 17. Widayani
9. Katharina DS Pedo 18. Yuliati Hadia








PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2010

BAB I
PEMBAHASAN

1. Latar Belakang
Luka bakar merupakan masalah yang signifikan oleh karena itu perlu penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang profesional. Penderita luka bakar sangat banyak terjadi, terutama pada anak-anak atau kurangnya pengawasan orang tua. Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Indonesia setiap tahunnya, Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat luka dan cidera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar. Satu juta orang hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih separuh dari kasus-kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit
seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsepkonsep pencegahan dan mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran.
Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang berisiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dalam usia kerja juga sering menderita luka bakar lebih daripada yang diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak,memanaskan atau menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakaan industri juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar.
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.

2. Tujuan
Berangkat dari latar belakang pemikiran tersebut kami menyusun makalah ini sehingga dengan demikian diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan menuju ke arah perubahan perilaku masyarakat untuk selalu waspada dan menghindari terjadinya peristiwa luka bakar yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.










BAB 2
PEMBAHASAN
LUKA BAKAR & TERSIRAM AIR PANAS PADA ANAK

1. Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.
Luka bakar dangkal dan ringan (superficial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan luas, maka penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.

2. Etiologi
1. terkena air panas, minyak panas dan uap panas
2. kontak dengan benda panas (setrika, kompor)
3. terkena bahan kimia (asam sulfat, bahan pemutih)
4. sengatan listrik
5. terpapar lama dengan sinar matahari.

Tentukan berat ringannya. Beratnya luka bakar dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:
• Luka bakar derajat satu , jika kulit yang tersiram air panas memerah dan terasa nyeri. Biasanya, sembuh dalam waktu seminggu.
• Luka bakar derajat dua , bila kulit memerah, nyeri, serta timbul juga gelembung (melepuh). Ini berarti ada kerusakan pada lapisan kulit, otot, dan lemak. Umumya, bisa sembuh dalam waktu dua minggu, bila tanpa infeksi.
• Luka bakar derajat tiga , kalau timbul kerusakan yang lebih dalam lagi. Badan yang terkena akan tampak hangus atau kehitaman.
Pertolongan pertama pada kasus tersiram air panas.
• Bila bagian tubuh yang tersiram air panas tidak tertutup pakaian, langsung siram secara perlahan-lahan dengan air putih dingin sekitar 10 menit.
• Bila yang tersiram adalah bagian tubuh yang tertutup pakaian, siram langsung bagian tersebut. Setelah itu, baru buka pakaian balita dengan hati-hati. Bila ini sulit dilakukan, gunting saja pakaian atau celana yang dipakainya, lalu siram lagi bagian yang terluka itu dengan air dingin.
• Kompreslah dengan kain bersih yang diberi air dingin sampai rasa sakitnya berkurang. Anda boleh memberinya parasetamol atau asetaminofen untuk mengurangi rasa sakit balita Anda
• Tutup/balut bagian tubuh yang terluka dengan kain kassa steril untuk menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Sebelumnya, oleskan salep khusus untuk luka bakar atau salep antibiotik. Jangan balut luka terlalu kencang, dan balutan harus melebihi bagian yang luka.
Pada luka bakar dengan derajat lebih tinggi, mengenai muka dan mata atau bagian tubuh yang luas (lebih dari 20%), ia harus cepat-cepat dibawa ke dokter atau Unit Gawat Darurat. Juga, periksakan segera ke dokter bila rasa sakitnya tidak hilang setelah 2 hari.
Selain merusak kulit dan jaringan setempat, luka bakar juga bisa mengakibatkan hilangnya cairan dan elektrolit. Akibatnya, darah jadi lebih kental. Keadaan ini bisa menimbulkan syok. Itu sebabnya, pengobatan terhadap luka bakar meliputi obat setempat untuk kulit, obat antiinfeksi, obat penghilang nyeri, dan cairan (pada kasus yang berat perlu dipasang infus).
3. Epidemiologi
Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun, terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di amerika.
Klasifikasi luka bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :
1. Berdasarkan penyebab
 Luka bakar karena api
 Luka bakar karena air panas
 Luka bakar karena bahan kimia
 Laka bakar karena listrik
 Luka bakar karena radiasi
 Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
- Dijumpai bulae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
 Derajat II dangkal (superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
 Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
 Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Penanganan luka bakar di luar rumah sakit dibagi menjadi dua. Yaitu fase akut dan fase lanjutan (follow up). Pada fase akut, ada 3 hal yang harus dilakukan. Pertama, menentukan apakah luka bakar perlu di rujuk ke rumah sakit atau tidak. Kedua, mengurangi rasa sakit dan ketiga, mencegah terjadinya infeksi dan perburukan serta mengusahakan penyembuhan. Pada fase lanjutan, penanganan ditujukan untuk rehabilitasi dan pencegahan kecacatan (kekakuan/kontraktur). Pada fase akut perlu pengetahuan untuk menetukan luas area luka bakar, kedalaman luka bakar karena dua faktor ini yang secara dominan menentukan perlu tidaknya perawatan rujukan di fasilitas yang lebih lengkap. Rujukan ke fasilitas lebih lengkap juga dipengaruhi lokasi luka bakar, usia pasien, dan kondisi yang menyertai luka bakar.
Dalamnya luka bakar
Dalamnya luka bakar dilihat dari dalamnya jaringan kulit yang terkena pegaruh luka bakar. Hal ini dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan pada permukaan luka bakar.
Luas daerah
Selanjutnya dilakukan penilaian mengenai luas daerah yang terena (TBSA-total body surface area). Derah yang hanya mengalami eritema (kemerahan) tanpa adanya gelembung cairan (blister) tidak termasuk dalam penghitungan. Untuk menilai luas luka bakar dapat digunakan metode Lund-Browder. Metode ini berlaku untuk semua usia dan merupakan metode yang akurat untuk diterapkan pada anak-anak. Metode rules of nine merupakan metode yang sesuai untuk dewasa dan dapat dipakai untuk melakukan penilaian cepat pada anak-anak. Metode Lund-Browder dapat dilihat pada tabel 2. Penilaian luas area tubuh menurut Lund-Browder.
Rujukan
Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk dirujuk :
• Luka bakar Partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka bakar yang sangat superfisial
• Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil
• Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki, genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10%
• Luka bakar yang melingkar
• Luka bakar oleh cairan kimia
• Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh
• Luka bakar yang mencederai saluran napas
• Luka bakar pada usia kurang dari 12 bulan
• Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko tinggi
Tatalaksana
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.

Cooling :
• Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar
• Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi
• Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia
• Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.

Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan

Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Dapat diberikan penghilang nyeri berupa : Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg


Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tana bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation)
Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.

Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.

Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.

Tatalaksana luka bakar minor
Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak dapat membutuhkan morfin sebelum penilaian luka bakar dan pembalutan awal. Pada luka bakar mengenai anggota gerak atas disarankan imobilisasi denga balut dan bidai Pemeriksaan status tetanus pasien Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan yang keluar dari luka bakar menentukan frekuensi penggantian balutan

Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan mengurangi rasa sakit bila tetap dibiarkan utuh selama beberapa hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak berada di dekat sendi dan tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu dipecahkan. Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian harus dipecah dan dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah menjadi opak/keruh setelah beberapa hari menandakan proses infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut.

Luka bakar superfisial/dangkal
Dapat dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan terbentuknya gelembung cairan atau penggarukan dapat dittup perban untuk proteksi.

Gambar 1. luka bakar dangkal (superfisial) Pada daerah badan dan lengan kanan, luka bakar jenis ini biasanya memucat dengan penekanan


Luka bakar sebagian (partial thicknes)
Dilakukan pembersihan luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan yang mengandung garam-steril). Jika luka kotor dapat dibersihkan dengan clorhexidine 0,1% lalu dengan salin. Luka bakar superfisial partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang tidak menempel lalu dibalut atau di plester Luka bakar deep partial thickness dilakukan penutupan dengan kasa yang tidak lengket dan diberikan antimikroba krim silverdiazin

Gambar 2. luak bakar superficial partial thickness. Memucat dengan penekanan, biasanya berkeringat.


Follow up
Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan tanda-tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum juga menyembuh.

Luka bakar mayor
Airway and breathing (jalan napas dan pernapasan) Apabila ada tanda-tanda luka bakar pada saluran napas atau cedera pada paru-paru maka intubasi dilakukan secepatnya sebelum pembengkakan pad jalna napas terjadi.

Gambar.3. Luka bakar deep partial thickness. Permukaan putih, tidak memucat dengan penekanan


Gambar.4 luka bakar full thickness. Tidak terasa sakit, gambaran putih atau keabu-abuan

Cairan
Jika luas area luka bakar >10% maka lakukan resusitasi cairan dan lakukan penghitungan cairan dari saat waktu kejadian luka bakar. Pasang kateter urin jika luka bakar>15% atau luka bakar daerah perineum NGT-pipa nasogastrik dipasang jika luka bakar>10% berupa deep partial thickness atau full thickness, dan mulai untuk pemberian makanan antara 6-18 jam

Pemberian anti tetanus diperlukan pada luka-luka sebagai berikut :
• Disertai patah tulang
• Luka yang menembus ke dalam
• Luka dengan kontaminasi benda asing (terutama serpihan kayu)
• Luka dengan komplikasi infeksi
• Luka dengan kerusakan jaringan yang besar (contoh luka bakar)
• Luka dengan kontaminasi tanah, debu atau produk cairan atau kotoran kuda
• Implantasi ulang dari gigi yang tanggal.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Hal ini harus dikenali sehingga bisa diatasi secepat mungkin.Pemeriksaan yang dapat dilakukan :Hemoglobin, hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan darah, kadar COHb dan kadar sianida (pada luka bakar akiibat kebakaran di ruangan).

Pencegahan luka bakar
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka bakar bagi anak-anak di rumah :
1. Dapur
• Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan di sekitarnya untuk anak-anak
• jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah membawa makanan panas dan minuman panas dengan satu tangan dengan ketika ada anak-anak di sekitar anda
• jangan masukkan botol susu anank ke dalam mikrowave; dapat menimbulkan daerah yang panas
• cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan
• singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang seang belajar merangkak
• jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
• simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin menyala tanpa pengawasan.
• Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau menggantung.

2. Kamar mandi
• Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak
• Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120°F (48,8°C) atau lebih rendah. Umumnya air panas untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100°F (37,7°C).
• Jangan biarkan anak bermain dengan keran atau shower.

3. Di setiap ruangan
• Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik
• Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi
• Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali

Sindrom terkena air panas
Deskripsi
Sindrom Kulit tersiram air panas adalah infeksi kulit di mana kulit menjadi rusak. Sindrom kulit tersiram air panas disebabkan oleh infeksi bakteri strain tertentu dalam keluarga Staphylococcus. Selama infeksi, staphylococci menghasilkan racun yang menyebabkan kerusakan kulit. Sindrom kulit tersiram air panas ditemukan paling sering pada bayi dan anak-anak usia kurang dari 5 tahun.
Gejala
1. Demam
2. Pengelupasan kulit
3. Kulit sakit
4. Kemerahan pada kulit (eritema), yang menyebar untuk menutupi sebagian besar tubuh
5. Kulit slip dengan tekanan lembut, meninggalkan daerah yang merah basah

Perawatan
Intravena antibiotik untuk staphylococcus diberikan untuk membantu mengatasi infeksi. Karena banyak cairan yang hilang melalui kulit yang terbuka, sangatlah penting untuk mendapatkan infus cairan untuk mencegah dehidrasi.

Kompres basah pada kulit dapat meningkatkan kenyamanan. Penderita dapat menerapkan yg melunakkan untuk menjaga kelembapan kulit. Penyembuhan dimulai sekitar 10 hari setelah perawatan.
Menangani Anak Tersiram Air Panas
Perhatikan kondisi luka yang dialami anak jika tersiram air panas. Luka tersiram air panas termasuk luka bakar. Untuk memudahkan perawatan, perlu juga diketahui beratnya luka bakar tersebut.














BAB 3
PEMBAHASAN

Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.
klasifikasi luka bakar berdasarkan penyebab:
 Luka bakar karena api
 Luka bakar karena air panas
 Luka bakar karena bahan kimia
 Laka bakar karena listrik
 Luka bakar karena radiasi
 Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
Salah satu penyabab terjadinya luka bakar tersering disebabkan oleh tersiram air panas.
Deskripsi:
Sindrom Kulit tersiram air panas adalah infeksi kulit di mana kulit menjadi rusak. Sindrom kulit tersiram air panas disebabkan oleh infeksi bakteri strain tertentu dalam keluarga Staphylococcus.
Gejala:
1. Demam
2. Pengelupasan kulit
3. Kulit sakit
4. Kemerahan pada kulit (eritema), yang menyebar untuk menutupi sebagian besar tubuh
5. Kulit slip dengan tekanan lembut, meninggalkan daerah yang merah basah
Perawatan:
Intravena antibiotik untuk staphylococcus diberikan untuk membantu mengatasi infeksi. Karena banyak cairan yang hilang melalui kulit yang terbuka, sangatlah penting untuk mendapatkan infus cairan untuk mencegah dehidrasi.
Tatalaksana
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan










BAB 4
PENUTUP

1. Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.
Salah satu penyebab luka bakar terbesar adalah karena terkena air panas. Pencegahan luka bakar
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika anak berada pada ruangan :
1. Dapur
2. Kamar mandi
3. Di setiap ruangan

2. Saran
Buat semua khususnya para orang tua agar berhati – hati terutama yang mempunyai anak balita. Agar menjaga anaknya dan mengawasi karena disetiap ruangan anak dapat beresiko terkena luka bakar.



















DAFTAR PUSTAKA

http://apotekeronline.blogspot.com/2007/09/mengatasi-luka-bakar.html
http://askep.blogspot.com/2008/01/luka-bakar.html
Imunisasi Yang Dianjurkan

Ada 7 jenis imunisasi yang non-PPI (Program Pengembangan Imunisasi) alias dianjurkan. Meski tak wajib, tentu tak ada salahnya bila kita tetap mengimunisasikan si buah hati, mengingat dampaknya yang berbahaya bila si kecil sampai terkena penyakit yang seharusnya dapat dicekal oleh imunisasi

1. Imunisasi HiB
Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB (Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru dan radang epiglotis.
Mula-mula, kuman ini berada di dalam rongga hidung kemudian masuk ke darah dan menyebar sampai ke otak dengan masa inkubasi satu minggu. Gejala yang muncul bisa berupa demam tinggi lebih dari 38,50C, pusing, menggigil, kejang-kejang, dan kesadaran menurun. Bila sudah terjadi serangan harus diatasi dengan segera dan tepat oleh dokter yang memahami betul penyakit ini. Jika meningitis tak diobati dengan baik atau terlambat ditangani, akan menimbulkan gejala sisa, seperti lumpuh, tuli, bahkan kadang tak bisa melihat. Pada banyak anak perkembangannya juga terlambat, bisa retardasi mental atau cerebral palsy. Itulah mengapa, peran imunisasi HiB dalam mencekal penyakit ini sangatlah penting.
Usia & JumlahPemberian:
Diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2, 4, 6, dan 15 atau 16 bulan. Bila terlambat diberikan, semisal hingga usia 5 bulan belum diimunisasi, maka dapat diberikan di usia 6 bulan dan 15 atau 16 bulan.
Efek Samping:
Umumnya muncul demam ringan yang akan reda dengan sendirinya.
Tingkat Kekebalan:
Efektivitasnya mencapai 97-99%.
Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang sakit atau kekebalannya sedang menurun untuk menghindari efek samping yang mungkin terjadi.

2. Imunisasi PCV
Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau Pneumococcal Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang selaput otak), bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang penularannya lewat udara. Gejala yang timbul umumnya demam tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri. Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya bisa menyebar lewat darah (invasif) sehingga dapat memperluas organ yang terinfeksi. Diperlukan imunisasi Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini.
Usia & Jumlah Pemberian:
Dapat diberikan sejak usia 2 bulan, kemudian berikutnya di usia 4 dan 6 bulan. Sedangkan pemberian ke-4 bisa dilakukan saat anak usia 12-15 bulan atau ketika sudah 2 tahun.
Bila hingga 6 bulan belum divaksin, bisa diberikan di usia 7-11 bulan sebanyak dua dosis dengan interval pemberian sedikitnya 1 bulan. Dosis ke-3 dapat diberikan pada usia 2 tahun. Atau hingga 12 bulan belum diberikan, vaksin bisa di berikan di usia 12-23 bulan sebanyak dua dosis dengan interval sedikitnya 2 bulan.
Efek Samping:
Biasanya muncul demam ringan, kurang dari 380c, rewel, mengantuk, nafsu makan berkurang, muntah, diare, dan muncul kemerahan pada kulit. Reaksi ini terbilang umum dan wajar karena bisa hilang dengan sendirinya.



IPD (Infasive Pneumococal Disease)Sepintas KILAS
* Meningitis
Terjadi peradangan di meninges/membran di sekitar otak dan urat saraf tulang belakang. Selain kuman Pneumokokus, bisa juga disebabkan kuman Haemophilus influenzae type B, tetapi yang paling sering adalah bakteri Pneumokokus. Bila sudah menyerang otak, 17% penderita akan meninggal dalam waktu 48 jam setelah serangan terjadi. Hanya 50% kemungkinan penderita bisa diselamatkan. Awalnya, bakteri ini berkolonisasi di mukosa nasofaring, yakni lapisan di rongga di sekitar hidung dan tenggorokan. Saat daya tahan tubuh anak menurun, bakteri akan masuk ke aliran darah dan mencapai meningen (selaput otak) sehingga terjadilah infeksi.
* Bakteremia
Bila sudah terjadi infeksi Pneumokokus di dalam aliran darah, maka anak sangat rentan terserang infeksi di organ lain. Gejala yang muncul umumnya menggigil, suhu badan tinggi, rewel, kemerahan pada kulit dan bintik merah. Bila tak ditangani dengan baik, bakteremia akan diikuti dengan sepsis, yakni infeksi di berbagai organ tubuh yang bisa berujung pada kegagalan fungsi organ (multiorgan failure).
* Pneumonia
Di hari ke-3 serangan akan muncul demam tinggi, menggigil, sakit di dada, sakit perut, kemudian diikuti batuk dan sesak napas. Gejala lain yang bisa muncul adalah tarikan napas yang melebihi angka normal. Pada bayi melebihi 60 tarikan, sedangkan pada anak di atas 1 tahun melebihi 50 tarikan napas. Sekitar 10-20% penderita pneumonia sudah mengalami bakteremia sehingga sulit sekali diobati. Diperkirakan 4 bayi meninggal setiap menit karena penyakit ini.

3. Imunisasi MMR
Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps (gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman). Terutama buat anak perempuan, vaksinasi MMR sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
Sayangnya, kini banyak orangtua ragu mengimunisasikan anaknya lantaran tersebar berita bahwa imunisasi MMR menyebabkan autisme pada anak. Padahal, sampai saat ini belum ada pembuktian secara ilmiah mengenai keterkaitan antara MMR dan autisme. Jadi, mengapa harus takut?
+ Usia & Jumlah Pemberian:
Diberikan 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 6 tahun. Jika belum mendapat imunisasi campak di usia 9 bulan, maka MMR dapat diberikan di usia 12 bulan, dan diulangi pada umur 6 tahun.
Catatan:
Bila orangtua khawatir atau anak menunjukkan keterlambatan bicara dan perkembangan lainnya, pemberian imunisasi MMR dapat ditunda hingga anak berusia 3 tahun. Bila semua proses tumbuh kembangnya tak ada masalah alias normal, vaksin MMR dapat diberikan kepada anak.
+ Efek Samping:
Beberapa hari setelah diimunisasi, biasanya anak mengalami demam, timbul ruam atau bercak merah, serta terjadi pembengkakan di lokasi penyuntikan. Namun tak perlu khawatir karena gejala tersebut berlangsung sementara saja. Demamnya pun dapat diatasi dengan obat penurun panas yang dosis pemakaiannya sesuai anjuran dokter.
MMR = Gondongan, Campak, & Campak Jerman
* Gondongan
Penyakit infeksi akut akibat virus mumps ini sering menyerang anak-anak, terutama usia 2 tahun ke atas sampai kurang lebih 15 tahun. Ada beberapa lokasi yang diserang seperti kelenjar ludah di bawah lidah, di bawah rahang, dan di bawah telinga (parotitis). Masa inkubasi sekitar 14-24 hari setelah penularan yang terjadi lewat droplet. Awalnya muncul demam (bisa sampai 39,50C), disertai pusing, mual, nyeri otot atau pegal terutama di daerah leher, lesu dan lemah. Sehari kemudian tampak bengkak di bawah telinga sebelah kanan dan kemudian menjalar ke sebelahnya.
Karena gondongan bersifat self-limiting disease (sembuh sendiri tanpa diobati), pengobatan dilakukan sesuai gejala simptomatik. Disamping meningkatkan daya tahan tubuh dengan asupan makanan bergizi dan cukup istirahat. Biasanya dokter juga akan memberi antibiotik untuk mencegah terjadi infeksi kuman lain. Sebenarnya, jika daya tahan tubuh bagus, anak tak akan tertular. Dan jika sudah sekali terkena, gondongan tak akan berulang.
* Campak
Lihat h.16
* Campak Jerman
Campak Jerman atau rubella berbeda dari campak biasa. Pada anak, campak Jerman jarang terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. Kalaupun ada biasanya terjadi pada anak yang lebih besar, sekitar usia 5-14 tahun. Hanya gejalanya yang hampir sama seperti flu, batuk, pilek dan demam tinggi. Nafsu makan penderita juga biasanya menurun karena terjadi pembengkakan limpa. Namun, bercak merah yang timbul tak sampai parah dan cepat menghilang dalam waktu 3 hari.

4. Imunisasi Influenza
Influenza merupakan penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan virus. Penyakit ini dapat menular dengan mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang bila terhirup dan masuk ke saluran pernapasan kita langsung tertular.
Sebenarnya, influenza tergolong ringan karena sifatnya yang self-limiting disease alias bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita hanya perlu beristirahat, banyak minum air putih, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi seimbang.
Akan tetapi, influenza bisa berisiko pada anak-anak tertentu. Di antaranya, penderita asma dan penyakit paru-paru kronis lainnya, penderita leukemia, thalassemia, dan jantung bawaan. Juga, anak yang mendapat terapi obat golongan kortikosteroid dan penderita kanker. Anak-anak yang berisiko tinggi ini, jika sampai terkena influenza, daya tahan tubuh mereka akan sangat menurun sehingga penyakit utamanya bertambah parah. Karena itulah, anak-anak ini perlu mendapatkan vaksinasi influenza.
* Usia & Jumlah Pemberian:
Dapat diberikan sejak usia 6 bulan yang kemudian diulang setiap tahun, lantaran vaksinnya hanya efektif selama 1 tahun.
* Efek Samping:
Muncul demam ringan antara 6-24 jam setelah suntikan. Atau, muncul reaksi lokal seperti kemerahan di lokasi bekas suntikan. Namun tidak usah khawatir karena reaksi tersebut akan hilang dengan sendirinya.
* Tanda Keberhasilan:
Sulit dilihat karena tidak kasat mata.
* Tingkat Kekebalan:
Sebagaimana imunisasi lainnya, tingkat proteksi tak sampai 100%. Terlebih pada penyakit influenza, ada kemungkinan virus yang beredar di masyarakat sudah mengalami mutasi (perubahan sifat), atau jenis virus yang sedang menginfeksi anak tak dapat dicegah oleh vaksin influenza yang diberikan.

5. Imunisasi Tifoid
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman yang tidak higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.
Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-angsur meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Basanya di pagi hari demam akan menurun tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya adalah mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak).
Pada tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit. Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat berakibat fatal.
Namun pencegahan tetaplah yang terbaik, terlebih Indonesia merupakan negara endemik penyakit tifus.
* Usia & Jumlah Pemberian:
Vaksin suntikan diberikan satu kali kepada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun. Pengulangan ini perlu mengingat serangan penyakit tifus bisa berulang, ditambah banyaknya lingkungan yang tidak higienis dan kurang terjaminnya makanan yang dikonsumsi anak.
Sementara vaksin oral diberikan kepada anak umur 6 tahun atau lebih.
* Efek Samping
Umumnya berupa bengkak, nyeri, ruam kulit, dan kemerahan di tempat suntikan. Juga bisa muncul demam, nyeri kepala/pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea (mual), dan nyeri perut (jarang dijumpai). Efek tersebut akan hilang dengan sendirinya.

6. Imunisasi Hepatitis A
Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau tidak, harus dilakukan tes darah.
Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata kurang lebih 28 hari. Setelah itu barulah muncul gejala seperti lesu, lelah, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam, merasa dingin, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan batuk. Biasanya berlangsung 4-7 hari. Selanjutnya, urine mulai berwarna lebih gelap seperti teh. Biasanya kuning ini menghilang dalam 2 minggu.
Tak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A, karena sesungguhnya penyakit ini dapat sembuh sendiri. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengatasi gejala seperti demam dan mual. Selebihnya, anak harus banyak istirahat dan mengonsumsi makanan bergizi.
Meski tak separah hepatitis B, bukan berarti kita boleh menganggap remeh hepatitis A. Pasalnya, penyakit yang kerap disebut penyakit kuning ini, bisa menjadi berat bila terjadi komplikasi. Jadi, pencegahan tetap diperlukan, yakni dengan pemberian imunisasi hepatitis A. Disamping, menjaga lingkungan agar selalu bersih dan sehat, termasuk kebersihan makanan dan minuman.
+ Usia & Jumlah Pemberian:
Dapat diberikan saat anak berusia 2 tahun, sebanyak 2 kali dengan interval pemberian 6-12 bulan.
+ Efek Samping:
Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun, meski sangat jarang, dapat muncul rasa sakit pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.
+ Tingkat Kekebalan:
Efektif mencekal hingga 90%.

7. Imunisasi Varisela
Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang disebabkan virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir. Penularannya sangat mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang keluar saat penderita meludah, bersin, atau batuk. Namun yang paling potensial menularkan adalah kontak langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak menular lagi.
Awalnya, anak mengalami demam sekitar 3-7 hari tapi tidak tinggi. Barulah kemudian muncul bintik-bintik. Meski dapat sembuh sendiri, anak tetap perlu dibawa ke dokter. Selain untuk mencegah bintik-bintik tidak meluas ke seluruh tubuh, juga agar tak terjadi komplikasi yang bisa berakibat fatal. Sebaiknya penderita dipisahkan dari anggota keluarga lainnya untuk mencegah penularan. Minta anak untuk tidak menggaruk agar tak menimbulkan bekas luka. Atasi rasa gatalnya dengan bedak yang mengandung kalamin. Tingkatkan daya tahan tubuhnya dengan asupan makanan bergizi.
Usia & Jumlah Pemberian:
Diberikan sebanyak 1 kali yakni pada usia antara 10-12 tahun.
Efek Samping:
Umumnya tak terjadi reaksi. Hanya sekitar 1% yang mengalami demam.
Tingkat Kekebalan:
Efektivitasnya bisa mencapai 97%. Dari penelitian terhadap 100 anak yang diimunisasi varisela, hanya 3 di antaranya yang tetap terkena cacar air, itu pun tergolong ringan.

Vaksin Kombinasi
Hemat waktu dan biaya, namun tetap efektif.
Sesuai namanya, vaksin kombinasi berarti gabungan beberapa jenis vaksin yang disuntikkan sekaligus, seperti vaksin DTP dan MMR. Beberapa tahun yang lalu, diluncurkan pula vaksin kombinasi DPT/HB atau Tritanrix dan DpaT/HiB atau Infanrix/HiB.
DPT/HB atau Tritanrix
Merupakan gabungan antigen untuk difteri, tetanus, pertusis (DTP) dan hepatitis B (HB). Tingkat efektivitasnya, berdasarkan penelitian, mencapai hampir di atas 90%. Dari penelitian, respons imun bayi setelah menyelesaikan tiga dosis vaksinasi dasar, yaitu antibodi antidifteri 99,7%, antibodi antitetanus 100%, antibodi antipertusis 97,7%, dan antibodi antiHB 99,2%. Sementara efek sampingnya hampir sama dengan reaksi yang ditimbulkan oleh imunisasi DTP. Adapun jadwal pemberiannya sama dengan imunisasi DTP, yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan.
DpaT/HiB atau Infanrix/HiB.
Memberikan perlindungan terhadap 4 jenis penyakit berbahaya sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus, dan penyakit-penyakit akibat HiB. Vaksin kombinasi ini dapat memberikan kekebalan hingga anak berumur 5 tahun. Jadwal pemberiannya juga sama dengan imunisasi DTP, yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan, dilanjutkan pada usia 18 bulan.
BANYAK UNTUNGNYA
Dengan adanya vaksin kombinasi, banyak keuntungan yang dapat diperoleh. Di antaranya:
r Hemat Waktu
Vaksin yang dikombinasi memiliki jadwal imunisasi primer yang hampir sama. Yang dimaksud imunisasi primer adalah imunisasi yang dilakukan pada usia kurang dari 12 bulan. Dengan demikian, akan mempersingkat jadwal imunisasi, yang seharusnya 6 kali (DPT 3x + HB 3x atau HiB 3x) menjadi 3 kali.
* Jumlah Suntikan Berkurang
Otomatis, jumlah suntikan yang diterima si kecil pun berkurang menjadi 3 kali suntikan, sehingga mengurangi trauma kesakitan pada bayi.
* Hemat Biaya
Dari biaya konsultasi dokter, harga vaksin, sampai biaya administrasi dan transportasi.
* Kecil Risiko Tertular Penyakit
Dengan berkurangnya jumlah kunjungan ke dokter atau rumah sakit, tentu akan berkurang pula risiko tertular penyakit dari pasien di RS.

http://www.tabloid-nakita.com/Khasanah/khasanah09419-05.htm

^_^ALLESTA^_^